Deadpool & Wolverine: Dua Antihero, Satu Kekacauan — KritikFilm Mengupas Tuntas!
Ketika dua karakter paling nyeleneh dan ikonik dari Marvel
bertemu dalam satu layar, hanya ada dua kemungkinan: kekacauan total atau karya
brilian. Dalam Review Film Deadpool & Wolverine, kita akan mengupas
bagaimana film ini memadukan gaya humor gelap ala Deadpool dengan karisma
dingin Wolverine. Artikel ini disajikan oleh KritikFilm, tempat terbaik
untuk para pecinta sinema yang ingin tahu lebih dalam sebelum menonton.
![]() |
Film Deadpool & Wolverine |
Pertemuan yang Dinanti Para Fan Marvel
Sejak diumumkan bahwa Hugh Jackman akan kembali mengenakan
cakar adamantium sebagai Wolverine di semesta Deadpool, penggemar film
superhero langsung heboh. Kombinasi antara Ryan Reynolds sebagai Deadpool dan
Hugh Jackman sebagai Wolverine seolah menjanjikan ledakan aksi, komedi brutal,
dan tentu saja, sentuhan emosional khas Marvel.
Film ini disutradarai oleh Shawn Levy, sosok yang sebelumnya
mengarahkan film-film box office seperti Free Guy dan The Adam
Project. Dengan kolaborasi Reynolds dan Levy yang sebelumnya sukses,
ekspektasi terhadap Review Film Deadpool & Wolverine ini pun semakin
tinggi.
Plot: Kekacauan Multiverse Dimulai
Film ini mengambil latar setelah kejadian di Deadpool 2,
di mana Wade Wilson memiliki akses ke alat perjalanan waktu milik Cable.
Deadpool, yang merasa hidupnya mulai kehilangan arah, melakukan perjalanan
waktu ke semesta lain — dan di sinilah dia bertemu dengan Wolverine yang sedang
menghadapi konflik eksistensial.
Konflik antara mereka awalnya bersifat pribadi dan penuh
kekonyolan. Namun, semakin lama, keduanya menyadari bahwa musuh yang lebih
besar sedang membahayakan multiverse. Mereka pun terpaksa bekerja sama,
meskipun hubungan mereka lebih sering dipenuhi cacian dan perkelahian ketimbang
kerjasama harmonis.
Karakter dan Performa Akting
Ryan Reynolds kembali menunjukkan bahwa dirinya
adalah Deadpool yang sempurna. Setiap dialognya penuh dengan punchline yang
tajam, sindiran ke Marvel dan DC, bahkan menyentil industri perfilman secara
keseluruhan. Deadpool versi Reynolds tetap segar, tidak pernah kehilangan daya
tarik meski sudah tampil di dua film sebelumnya.
Hugh Jackman, meskipun sempat menyatakan pensiun dari
peran Wolverine, tampil penuh tenaga. Di film ini, Wolverine-nya terasa lebih
kompleks, dengan sisi emosional yang lebih dalam. Ia bukan hanya mesin
pembunuh, melainkan juga sosok yang berjuang dengan trauma dan kehilangan.
Chemistry antara keduanya menjadi kekuatan utama film ini.
Adegan pertengkaran, saling hina, hingga momen kerjasama mereka terasa natural
dan menghibur. Inilah yang menjadi highlight utama dalam Review Film
Deadpool & Wolverine versi KritikFilm.
Aksi Brutal, Tapi Tetap Menghibur
Sebagai film yang membawa rating R, Deadpool &
Wolverine tidak menahan diri dalam menampilkan adegan kekerasan. Potongan
tubuh, ledakan darah, dan baku hantam brutal menjadi suguhan utama. Namun
seperti biasa, semua dikemas dengan humor dan gaya visual khas Deadpool yang
membuatnya tetap ringan dan tidak terlalu kelam.
Adegan aksi dirancang dengan koreografi yang kreatif. Tidak
hanya duel antar karakter, tetapi juga permainan kamera, efek slow-motion,
hingga transisi multiverse yang memanjakan mata. Apresiasi khusus patut
diberikan kepada tim CGI yang membuat dunia-dunia alternatif terasa hidup dan
unik.
Humor Meta dan Kritik Industri Film
Satu hal yang selalu diandalkan dari Deadpool adalah
kemampuannya untuk "merusak dinding keempat". Dalam film ini, humor
meta diperluas lebih gila lagi. Deadpool secara terang-terangan mengomentari
keputusan studio, MCU, bahkan masa lalu Hugh Jackman sebagai Wolverine.
KritikFilm mencatat bahwa film ini bukan hanya
sekadar aksi dan tawa, tetapi juga sebuah refleksi atas kejenuhan terhadap
formula superhero yang itu-itu saja. Deadpool dan Wolverine menjadi sarana
satir untuk menyampaikan sindiran terhadap kebijakan studio besar, eksploitasi
karakter, hingga absennya orisinalitas dalam industri film modern.
Soundtrack dan Sinematografi
Film ini juga menyuguhkan soundtrack yang tepat sasaran.
Mulai dari lagu klasik hingga musik rock, semuanya ditempatkan pada momen-momen
penting untuk menambah intensitas atau komedi. Salah satu adegan terbaik adalah
ketika Deadpool dan Wolverine bertarung sambil diiringi lagu pop tahun 90-an —
campuran absurd namun tak terlupakan.
Dari segi visual, sinematografi film ini tergolong dinamis.
Transisi antar dunia dibuat dengan efek glitch yang mencolok, namun tetap
estetis. Pilihan palet warna pun menyesuaikan dengan mood setiap semesta,
memberi pengalaman visual yang beragam namun kohesif.
Cameo dan Referensi: Hadiah untuk Fan Setia
Seperti tradisi Marvel, film ini penuh dengan cameo dan
referensi tersembunyi. Mulai dari karakter X-Men versi lama, penampilan singkat
beberapa Avengers alternatif, hingga sindiran terhadap film superhero gagal
dari studio lain — semuanya ada.
Namun, film ini tidak sekadar mengandalkan nostalgia. Setiap
cameo ditempatkan dengan fungsi naratif, bukan hanya sebagai gimmick. Hal ini
menjadi nilai plus dalam Review Film Deadpool & Wolverine karena
membuktikan bahwa film ini tetap mengedepankan cerita di balik semua lelucon
dan aksi.
Apa Kata KritikFilm?
Sebagai platform yang rutin mengulas film-film berkualitas
dari berbagai genre, KritikFilm menyimpulkan bahwa Deadpool &
Wolverine adalah salah satu crossover terbaik yang pernah dibuat oleh
Marvel. Tidak hanya lucu, film ini juga menyentuh aspek emosional dan
menghadirkan konflik yang relevan.
Ini bukan sekadar pertarungan dua tokoh ikonik, tetapi juga
perjalanan dua manusia yang belajar berdamai dengan masa lalu mereka, dalam
balutan aksi brutal dan humor absurd.