-->

Type something and hit enter

1. Arsitekturnya Tidak Berubah 

Arsitektur Masjid Jami’ Kota Malang dahulu yang dipertahankan hingga sekarang. Meskipun sudah mengalami renovasi berulangkali namun ta’mir masjid setempat sepakat untuk tetap mempertahankan arsitektur aslinya yakni arsitektur gabungan Jawa dan Arab. Jadi, kamu tidak perlu membayangkan bagaimana bentuk arsitektur masjid ini dahulu kala. Sebab, meskipun sudah berumur 126 tahun sejak dibangun pertama pada 1890 silam sebagian besar arsitektur masjid tidak mengalami perubahan. Hanya mengalami perluasan dan perubahan di sejumlah bagian tanpa mengubah sedikitpun arsitektur dari bentuk aslinya.

Mempertahankan arsitektur lama. Gaya Arsitektur Jawa terlihat pada bangunan asli masjid yang berbentuk bujur sangkar, berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua. Atap tajugnya ditopang oleh tiang berjumlah 20 buah sebagai simbol 20 sifat wajib Allah dan 4 tiang besar di depan sebagai simbol 4 sifat Nabi Muhammad. Gaya Arsitektur Arab bisa dilihat dari bentuk kubah pada menara masjid dan juga konstruksi lengkung pada bidang-bidang bukaan pintu dan jendela. Selain itu terdapat kaligrafi yang bertuliskan nama para sahabat nabi dan khalifahnya. Renovasi pertama via keluargabiru.com Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1947  yakni perubahan yang sangat besar pada bentuk fasade-nya (tampilan depan). Serambi masjid yang semula terbuka kemudian ditutup dengan dibangun tembok pembatas yang tidak tinggi dengan bukaan yang terbentuk dari lengkungan setengah lingkaran yang ditopang oleh kolom-kolom kecil dan semakin rapat. Lalu pada 1950 terjadi bencana alam meletusnya gunung Agung di Bali yang diikuti oleh  gempa yang cukup besar sehingga menyebabkan kerusakan pada bagian masjid. Pasca kejadian itu masjid ini kembali mengalami renovasi pada bagian serambi, peil lantai ditinggikan, bangunan tambahan di serambi diubah detail relief dindingnya, ditambahkan lengkung/arch yang hampir meruncing di bagian depan sebagai gerbang masuk. Seluruh kubah diganti dengan alumunium/logam yang dipesan dari kota Yogyakarta. Pada renovasi kali ini juga dilakukan perluasan dengan dibangunnya tempat wudhu di bagian selatan masjid, ruang pertemuan serta ruang administrasi masjid di lantai atasnya.

2. Satu Dari Tiga Masjid Tertua di Jatim
Satu masjid tertua di Jatim ini, dibangun tahun 1890. Masjid Jami’ Kota Malang merupakan satu dari tiga masjid tertua di Jawa Timur. Dua masjid tertua lainnya adalah Masjid Ampel Surabaya dan Masjid Jami’ Pasuruan.





3. Simbol Perdamaian beragama
Masjid jami’ kota Malang adalah salah satu simbol keberagaman agama yang ada di Malang. Tidak hanya di Malang, bahkan penulis berani menyimpulkan se Jatim, bahwa masjid Jami’ kota Malang dapat hidup dan berdiri megah bersama tempat peribadatan yang lainnya.

4. Perluasan Bangunan Masjid
Perluasan bangunan masjid ke arah utara. Tahun 1984 masjid Jami’ diperluas ke bagian utara dengan dibangunnya bangunan penunjang berlantai 4 termasuk 1 lantai semi basement untuk tempat wudhu wanita, tempat penitipan sepatu/sandal/tas, tempat KM/WC, ruang sholat dan kantor dan perpustakaan. Di belakang bangunan induk terdapat sebuah bangunan Taman Kanak-Kanak (TK) dan WC wanita. Perluasan masjid yang bersifat besar-besaran terjadi pada 1997, yaitu penambahan 2 lantai sepanjang serambi selatan timur dan utara dan koridor yang menghubungkan masjid dan  dua  bangunan penunjang di selatan dan utara. Pilar-pilar besar berdiameter 60 dimunculkan di serambi atas. Gedung penunjang di bagian selatan yang berfungsi sebagai tempat shalat dibangun tiga lantai ke atas setinggi gedung penunjang di bagian utara untuk menjaga kesimetrisan bangunan. Material kubah diganti dengan beton dan diolah sehingga berbentuk tekstur geometris. Warna dinding dan ornamen keseluruhan bangunan disamakan (monokrom hijau) sehingga menciptakan kesatuan di seluruh bagian bangunan. Menara semakin ditinggikan hingga mencapai 41 meter, dengan tiga balustade berwarna putih, dipadukan dengan pola geometris yang senada dengan pola dinding fasade dan kubah.

5. Air Mineral yang hampir mendekati air zam-zam
Air mineral dari sumur artesis masjid jami’ Malang (grosirq-jami.blogspot.com). Air yang digunakan di Masjid Agung Jami’ Malang ini berasal dari sebuah sumur bor artesis sedalam 205 meter. Sumur artesis tersebut sudah mengeluarkan air sendiri meski tanpa menggunakan pompa dengan debit mencapai 15 liter per detik. Berdasarkan hasil uji oleh PDAM kota Malang, air dari sumur artesis ini memenuhi syarat untuk langsung diminum. Air itu mengandung alkalinitas (Ph) 273.31, kandungan total dissolved water (TDS) mendekati kandungan TDS air zam-zam. TDS air artesis Masjid Jami’ sebesar 437 sedangkan air zam-zam 430 TDS. Selain untuk aktivitas di masjid, air artesis ini juga dikemas menjadi minuman mineral siap konsumsi dengan merk Q-Jami’. Q-Jami’  kini sudah dikonsumsi oleh warga Malang, baik untuk konsumsi pribadi maupun saat ada acara-acara penting. Ada kisah menarik dari sumur artesis Masjid Jami’ Kota Malang yang dikisahkan langsung oleh mantan Ketua Ta’mir Masjid Jami’ Kota Malang, alm. KH Kamilun Muhtadin. “Sumur ini sudah sempat tidak mengeluarkan air. Ta’mir lalu mengusulkan untuk mengundang  yatim piatu dan mengajak mereka berdoa kepada Allah di atas lubang sumur itu. Seketika itu air kemudian keluar dengan deras dengan debit besar seperti saat ini,” papar Abah Kamilun, panggilan akrabnya kepada penulis beberapa tahun lalu. Dibalik semua keunikan mulai dari sisi arsitektur dan bentuk bangunannya, Masjid Jami’ Kota Malang sudah membuktikan diri menjadi tempat ibadah yang menyejukkan dan selalu dirindukan oleh warga Kota Malang dan para wisatawan.

Begitulah sobat kemalangaja.com, umak-umak akan lebih termotivasi untuk ke Malang, karena tidak hanya wisata lingkungan yang menarik yang dapat ditonjolkan di kota Malang. Akan tetapi, Malang memiliki wisata religi yang tak kalah menarik. Bukatikan aja dah... Oya kemalangaja.com (ilh)